Friday, February 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel–sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses –proses dalam sel melibatkan sitem koloid. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid. Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid. BAB II KOLOID EMULSI Emulsi adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersinya dapat berupa zat padat, cair, dan gas, tapi kebanyakan adalah zat cair (contohnya: air dengan minyak).Ada tiga jenis emulsi, yaitu emulsi padat (gel), emulsi cair (emulsi), dan emulsi gas (aerosol cair). Pada umumnya emulsi kurang mantap, kemantapan emulsi dapat terlihat pada keadaannya yang selalu keruh seperti; susu, santan, dsb. Untuk memantapkan emulsi diperlukan zat pemantap yang disebut emulgator. Emulsi Padat atau gel Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat juga dianggap sebagai hasil bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-partikel sol akan bergabung untuk membentuk suatu rantai panjang pada proses penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa berpori yang semi-padat dengan struktur gel. Ada dua jenis gel, yaitu: (i) Gel elastis Karena ikatan partikel pada rantai adalah adalah gaya tarik-menarik yang relatif tidak kuat, sehingga gel ini bersifat elastis. Maksudnya adalah gel ini dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila gaya tersebut ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang cukup pekat. Contoh gel elastis adalah gelatin dan sabun. (ii) Gel non-elastis Karena ikatan pada rantai berupa ikatan kovalen yang cukup kuat, maka gel ini dapat bersifat non-elastis. Maksudnya adalah gel ini tidak memiliki sifat elastis, gel ini tidak akan berubah jika diberi suatu gaya. Salah satu contoh gel ini adalah gel silica yang dapat dibuat dengan reaksi kia; menambahkan HCl pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga molekul-molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel silika. Beberapa sifat gel yang penting adalah: -Hidrasi Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalanya, tetapi sebaliknya, gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel non elastis yang terdehidrasi tidak dapat di ubah kembali ke bentuk awalnya. - Menggembung (swelling) Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Sehingga volum gel akan bertambah dan menggembung. -Sineresis Gel anorganik akan mengerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut, dan proses ini disebut sineresis. -Tiksotropi Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau diaduk. Sifat ini disebut tiksotropi. Contohnya adalah gel besi oksida, perak oksida, dan cat tiksotropi modern. Emulsi Cair Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair non-polar). Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam air (cth: susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air,jadi butiran minyak di dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth: margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak, jadi butiran air dalam minyak). Bagaimana air dan minyak dapat bercampur sehingga membentuk emulsi cair? Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi (emulgator) ditambahkan dalam larutan tersebut. Karena kebanyakan emulsi adalah dispersiair dalam mnyak, dan dispersiminyak dalam air, maka zat pengemulsi yang digunakan harus dapat larut dengan baik di dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa organic yang memiliki gugus polar dan non-polar. Bagian non-polar akan berinteraksi dengan minyak/ mengelilingi partikel-partikel minyak, sedangkan bagian yang polar akan berinteraksi kuat dengan air. Apabila bagian polar ini terionisasi menjadi bermuatan negative, maka pertikel-partikel minyak juga akan bermuatan negatif. Muatan tersebut akan mengakibatkan pertikel-partikel minyak saling tolak-menolak dan tidak akan bergabung,sehingga emulsi menjadi stabil. Contohnya: ada sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun dari “ekor” alkil yang non-polar (larut dalam minyak) dan kepala ion karboksilat yang polar (larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun dan deterjen memiliki daya pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, “ekor” non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Sehingga tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik kotoran. Emulsi Gas Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Pada aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, untuk dapat membentuk system koloid atau menghasilkan semprot aerosol yang diperlukan, dibutuhkan bantuan bahan pendorong/ propelan aerosol, anatar lain; CFC (klorofuorokarbon atau Freon). Aerosol cair juga memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak Brown, dan kestabilan dengan muatan partikel. Contoh: dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem koloid yang merupakan contoh efek Tyndall pada aerosol cair. Beberapa sifat emulsi yang penting: - Demulsifikasi Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH). -Pengenceran Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi. BAB III KEGUNAAN KOLOID EMULSI Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim. Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid: Jenis industri Contoh aplikasi Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun Industri cat Cat Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen Industri pertanian Peptisida dan insektisida Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid: 1. Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih. 2. Penggumpalan Darah Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan. 3. Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap : 4. Pembentukan delta di muara sungai Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta. • Pembentukan Delta di Muara Sungai Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta. • Pengambilan Endapan Pengotor Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid. • Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. BAB IV MUATAN KOLOID A.Elektroforesis Pergerakan partikel koloid karena medan listrik dapat di gunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. Apabila kedalam sistem koloid di berikan 2 batang elektride kemudian di beri arus searah, maka koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode atau ( elektrode positif ), sedangkan koloid bermuatan positif bergerak katode atau (elektrode negatif ). Contoh elektroforesis : koloid As2S3 yang bermuatan negatif terkumpul pada elektrode positif. B. Adsorpsi Adsorpsi adalah penyerapan ion atau muatan listrik dan molekul netral pada permukaan partikel koloid . jika penyerapannya sampai ke dalam permukaan (kori). Contoh: sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. C. koagulasi Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid. Koloid dapat mengalami koagulasi dengan cara : 1. Mekanik : pemanasan, pendinginan,dan pengadukan cep 2. kimia : penambahan elektrolit(asam ,basa atau garam). Contoh : susu + sirup asam menggumpal Mencampur Fe(OH)3 yang bermuatan positif dengan As2S3 ynag bermuatan negatif. BAB V KESIMPULAN Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses apapun. Koloid juga saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih. Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah. Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air. Daftar Pustaka Johari, J.M.C dan Rachmawati, M. 2006. Kimia 2 untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta : Esis. Shinta Rosalia Dewi. Inovasi Guru Tanpa Batas Kimia SMA kelas X,XI dan XII. Yogyakarta : Kendi Mas Media www.google.com

MENGUJI SIFAT LARUTAN DENGAN INDIKATOR


MENGUJI SIFAT LARUTAN DENGAN INDIKATOR

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
         Adapun tujuan dari percobaan ini adalah memperkirakan pH berbagai larutan dengan menggunakan indikator.

II.                 DASAR TEORI
     Indikator asam basa adalah zat yang warna nya berubah bergantung pada pH larutan . Indikator asam basa dapat di gunakan untuk menentukan sifat keasaman dan kebasaan suatu larutan. Larutan asam mempunyai Ph<7, larutan netral mempunyai larutan pH=7, dan larutan basa mempunyai pH>7. Semua indikator asam basa merupakan asam lemah atau basa lemah yang dapat memperlihatkan perbedaan warna dalam larutan asam dan basa.
     Trayek atau daerah perubahan warna adalah daerah batas pH yang merupakan daerah transisi perubahan warna. Indikator yang berbeda mempunyai trayek perubahan warna yang berbeda. Sebagai contoh,kertas lakmus merah atau larutan lakmus merah pada pH<5,5 dan kertas lakmus biru atau larutan lakmus biru pada pH>8. Pada larutan dengan pH 5,5>8,warna lakmus merupakan warna kombinasi antara merah dan biru. Jadi, bisa dikatakan trayek perubahan warna lakmus adalah antara pH=5,5 dan pH=8.
     Sebuah indikator biasanya hanya menunjukkan sebuah rentang pH tertentu dan tidak menunjukkan  sebuah indicator lain untuk mempersempit rentang pH dari beberapa indikator.






           Indikator
   Rentang pH
Perubahan Warna
Metil Jingga
2,9-4,0
Merah-Kuning
Metil Merah
4,2-6,3
Merah-Kuning
Fenolftaline
8,6-10
Tidak berwarna-Merah
Bromtimol Biru
6,0-7,6
Kuning-Biru





III.              ALAT DAN BAHAN

A.    Alat :
1.     Tabung Reaksi
2.     Pipet Tetes
3.     Rak tabung Reaksi
4.     Plat Tetes

B.     Bahan :
1.     Indikator Kertas Lakmus merah
2.Indikator Kertas Lakmus biru
3. Indikator Metil merah
4. Indikator bromtimol biru
5. Air jeruk
6. Air cuka
7. Air kapur
8.Air sumur
9.Air cucian beras
10. Air sabun
11. Air garam
12. Air gula
13. Air kelapa
14. Air soda kue
15. coca cola
16. Alkohol
IV.      PROSEDUR KERJA
1.     Menyiapkan alat dan bahan percobaan yang akan kami gunakan
2.     Memasukkan kira-kira 7-10 tetes semua larutan yang akan di uji ke plat tetes
3.     Mencelupkan kertas lakmus merah dan lakmus biru secara bergantian ke dalam larutan. Mangamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi
4.     Mengulangi langkah 2 , menguji lagi semua larutan menggunakan indikator cair bromtimol merah. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
5.     Mengulangi langkah 2, menguji lagi semua larutan menggunakan indikator cair bromtimol biru. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.

V .     TABEL PENGAMATAN
Larutan

                             Indikator
Perkiraan pH larutan
Merah
Biru
Metil merah
Bromtimol biru
Air jeruk





Asam cuka





Air kapur





Air sumur





Air cucian beras





Air sabun





Air garam





Air gula





Air kelapa





Air soda kue





Coca  cola





Alkohol






VI.    PERTANYAAN
1.     Kelompokkan zat cair atau larutan yang di uji ke dalam :
a.     Larutan asam
-         Air jeruk        
-         Air sumur
-         Asam cuka
-          Air kelapa
-         Coca cola

b.     Larutan netral
-         Air garam
-         Air gula
-         Alkohol
-         Air cucian beras

c.      Larutan basa
-         Air kapur
-         Air sabun
-         Air soda kue



2.     Jelaskan bagaimana memilih indikator yang tepat untuk menentukan pH suatu larutan ?
Cara memilih indikator yang tepat untuk menentukan pH suatu larutan yaitu, dengan cara melihat perubahan warna yg terjadi pada kertas lakmus merah/biru yg kita celupkan kedalam setiap larutan sehingga kita dapat menentukan pH dan jenis larutan tersebut.
     
3.     Kelompokkan zat yang kalian uji tersebut berdasarkan ketepatan pemakaian indikator (gabungan/tunggal) ?
Indicator ; lakmus biru
·        Yang terjadi perubahan warna menjadi merah pada larutan yaitu, air jeruk,asam cuka,air sumur,air kelapa dan coca-cola.
·        Tetap: air kapur,cucian beras,air ssabun,air garam,gula ,air soda kue dan alcohol.
Lakmus merah
·        Yang terjadi perubahan warna menjadi biru pada larutan yaitu, air kapur,air sabun, dan air soda kue
·        Tetap: air jeruk,asam cuka,air sumur,cucian beras,air garam,air gula,air kelapa,coca-cola dan alcohol.
Metal merah
·        Yang terjadi perubahan warna menjadi merah yaitu, air jeruk, asam cuka, air sumur, air  cucian beras, air gula, air kelapa, coca-cola dan alcohol.
·        Yang terjadi perubahan warna menjadi kuning yaitu, air kapur, air sabun, air garam, dan air soda kue.
Bromtimol biru
·        Yang terjadi perubahan warna menjadi biru yaitu, air kapur, air sabun, air garam dan air soda kue.
·        Yang terjadi perubahan warna menjadi kuning yaitu, air jeruk, asam cuka, air sumur, air cucian beras, air gula, air kelapa, coca-cola dan alcohol.

VII.     KESIMPULAN
Jadi, apabila kedua lakmus (biru dan merah) berubah warna menjadi merah, maka larutan itu bersifat asam. Bila kedua lakmus (biru dan merah) berubah warna menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. kedua lakmus (biru dan merah) warnanya tetap, maka larutan yang diuji tersebut bersifat netral dan Masing-masing larutan memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang bersifat sam, basa maupun netral. Hal ini di tentukan oleh ada tidaknya ion H (untuk asam) dan ion OH (untuk basa)dalam zat tersebut serta derajat ionisasi zat tersebut.