LAPORAN RAE
Rekreasi alam yang telah disepakati diadakan pada tanggal
13 September 2014 bertempat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, kawasan
wisata Gunung Salak Endah, wana wisata Gunung Bunder, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Perjalanan menuju ke lokasi memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan menggunakan
angkutan kota nomer 53 arah Gunung Bunder. Kelompok 9 yang perempuan terkumpul
dalam satu angkutan kota dan memulai perjalanan sekitar pukul 05.30, bersama
asisten praktikum kami Kak Claudia.
Pengalaman tersendiri yang dirasakan oleh kelompok 9
selama keberangkatan menuju lokasi begitu menyenangkan. Kita menemukan pemandangan yang cukup
banyak, mulai dari jejeran desa-desa, sawah, pegunungan serta sungai-sungai. Terutama setelah memasuki area pegunungan, jalan-jalan
yang dilewati semakin lama semakin menanjak meski tak terasa. Namun, di
pertengahan jalan angkutan yang kami tumpangi tidak kuasa melawan tanjakan
tertinggi dari semua tanjakan yang kami lewati sebelumnya. Alhasil lima orang
dari kami terpaksa harus turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan.
Selanjutnya perjalanan di area gunung kembalu di mulai.
Ketika
memasuki kawasan gunung bundar, mulai dari pintu gerbang kami melihat
pemandangan yang tidak kalah indah, berjejeran pohon pinus tersusun di sana. Sesampainya di lokasi, ternyata satu tim RAE turun di
tempat yang salah. Rekreasi tetap dilanjutkan dengan mencari lokasi asli dengan
berjalan kaki. Pengamatan pun dimulai.
Kelompok 9 bergabung dengan kelompok 2 karena
pengamatannya hampir sama. Kelompok kami mendapatkan tugas untuk mengamati
dampak yang terjadi padaair,tanah, dan udara terhadap kegiatan ekowisata di
kawasan tersebut.
Berikut hasil penelitian kami :
Penduduk sekitar bercerit, pada awalnya gunung bundar
sebelum menjadi tempat wisata. Gunung bundar merupakan kawasan yang sangat
sepi. Sehingga, menjaadi tempat yang rawan perampokan dan kejahatan pada tahun
1982. Namun, semenjak menjadi tempat bumi perkemahan yang diresmikan oleh Kementrian
Kehutanan. Masyarkat setempat juga mengatakan bahwasannya gunung bundar adalah
sebuah tempat yang angker. Mungkin, tidak itu dulu tidak untuk sekarang. Sekarang
gunung bunder menjadi kawasan wisata yang ramai, serta menjadi tempat
perkemahan pula. Namun, saat menjadi kawasan wisata, ada beberapa dampak yang
dimunculkan sesuai dengan pengamatan kami berikut :
A.
Air
Kawasan Gunung Bunder yang kami amati dialiri oleh sungai
yang alirannya tenang. Berdasarkan
wawancara dengan pedagang di sekitar kawasan tersebut, mereka menyatakan
bahwa keadaan sungai dahulu dengan sekarang sudah berbeda. Adanya kontaminasi
sampah-sampah plastik sisa jajanan yang tersangkut di bantaran sungai. Jika
dibiarkan berlarut-larut dikhawatirkan akan menyumbat aliran sungai dan lama
kelamaan akan mengakibatkan kerusakan alam di sekitar gunung bunder. Himbauan
yang dilakukan warga sekitar masih berupa tulisan-tulisan di papan-papan
triplek yang di tancapkan di pinggir jalan.
Gambar A.1. Air
yang bersih yang tidak tercemari oleh sampah.
Gambar A.2. Sampah
Anorganik yang dibuang di pinggir aliran air bersih.
Gambar A.3. Sampah organik yang
dibuang di aliran air bersih.
Gambar A.4. Tempat buang air yang dibuat di atas aliran
sungai.
Gambar
A.5. Papan yang bertulis jangan membuang sampah sembarangan.
B.
Tanah
Berdasarkan pengamatan kelompok 9 mengenai struktur tanah
di daerah kawasan Gunung Bunder tekstur tanahnya bagus, karena masih banyak
pohoh berkayu besar yang akarnya dapat mengikat kuat tanah tersebut. Hal ini
dapat memperkecil kemungkinan longsor di daerah tersebut.
Sebagian tanah juga ada yang basah, karena sebagian tempat di sana
pohon-pohonnya masih sangat rapat, sehingga penguapan atau proses
evapotransirasi yang terjadi lambat. Inilah yang menyebabkan di beberapa
kawasan ada tanah yang basah.
Dampak pada tanah yang dikhawatirkan tidak berbeda jauh dengan dampak pada air,
yaitu mengenai sampah. Di beberapa titik telah dibuat kubangan yang digunakan sebagai tempat sampah. Bungkus permen, rokok, dan
sampah plastik lainnya. Dampak berkelanjutan dengan adanya sampah-sampah ini
jika dibiarkan akan merusak tekstur tanah dan mengurangi kesuburannya. Selain
itu akan menyebabkan kurangnya peresapan tanah yang akan mengakibatkan bencana
alam seperti banjir dan longsor.
Di salah satu bukit yang kami lewati ada tanah lapang
yang cukup luas terdapat hamparan dedaunan di atas tanah. Berkurangnya curah hujan akhir-akhir ini mneyebabkan dedaunan
tersebut mengering. Berdasarkan observasi dan informasi yang diberikan asisten
praktikum kami jika ada yang membuang puting rokok
tanpa sengaja ke arah itu akan
menyebabkan kebakaran, karena tempat tersebut cukup terbuka untuk diterpa sinar matahari
secara langsung, sehingga akan ada kemungkinan kebakaran hutan karena dedauanan
kering tersebut.
Gambar B.1. Tanah basah
Gambar
B.3. Lobang-lobang tanah yang sengaja dibuat.
Gambar
B.4. Sampah-sampah yang dibuang sembarang di dalam kawasan wisata.
Gambar B.5. Tumpukan daun kering
yang terpapar sinar matahari.
Gambar B.6. Pembakaran sampah ditempat yang tidak
sesuai membahayakan flora yang tumbuh disekitarnya.
C.
Udara
Pengamatan tentang dampak udara cukup sulit untuk
didapatkan. Berhubung daerah yang kami lewati adalah kawasan yang tidak bisa
dilewati kendaraan jadi daerahnya masih asri. Begitu tiba
terasa sangat dingin, kira-kira suhu rata-rata kurang lebih 23 derajat celcius.
Adanya
lumut di
daerah gunung Bundar tersebut merupakan salah satu contoh sebagai bioindikator bahwa udara di sekitar daerah
tersebut masih bersih. Berbeda di daerah bukit, saat kami melewati kawasan jalan
beraspal yang dapat
dilewati kendaraan bermotor udaranya sudah terkontaminasi oleh polusi.
Banyaknya kendaraan yang melintas mulai dari motor pedagang,
motor dan mobil orang yang berwisata, sampai mobil TNI yang disewa instansi untuk fieldtrip di kawasan tersebut, menyebabkan asap kendaraan mengepul
di udara. Saat
ini polusi tersebut masih dapat diserap oleh pepohonan di tepi jalan.
Namun,dikhawatirkan suatu
saat nanti jika dibiarkan demikian akan merusak udara bersih yang dimiliki
kawasan tersebut.
Gambar
C.1. Lumur yang berada dibatang pohon.
Gambar
C.2. Lumut di atas batu yang berada dipermukaan tanah.
Gambar
C.3. Hutan pinus yang begitu asri.
Harapan
kedepannya dari beberapa dampak terhadap air, tanah dan udara ini harus di
minimalisir agar tidak merusak pesona kawasan wisata gunung bundar. Terkhusus
untuk sampah yang dibuang di dalam hutan kawasan wisata dan di aliran-aliran
air bersih lebih diperhatikan lagi. Sediakan pula tempat-tempat sampah di
beberapa tempat agar para pengunjung tidak membuang sampah di daerah kawasan.
Peringatkan pula pada pedangan setempat agar tidak membakar sampah sembarangan,
karena akan mengancam kehidupan flora di sekitarnya. Usahakan pula, agar udara
di sepanjang kawasan wisata agar tetap bersih, segar, dan asri. Sehingga,
pengunjung merasakan kepuaasan tersendiri. Selanjutnya, jangan perbolehkan
pengunjung membawa masuk kendaraan roda empat atau roda dua kedalam kecuali
untuk mengangkut barang-barang berkemah, karena hal tersebut akan mengcemari
udara yang ada di kawasan wisata. Sediakanlah selter sepeda untuk pungunjung,
apabila mereka tidak ingin berjalan kaki.