Tuesday, October 7, 2014

Dampak Fisik Wisata Gunung Bundar




LAPORAN RAE
Rekreasi alam yang telah disepakati diadakan pada tanggal 13 September 2014 bertempat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, kawasan wisata Gunung Salak Endah, wana wisata Gunung Bunder, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Perjalanan menuju ke lokasi memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan menggunakan angkutan kota nomer 53 arah Gunung Bunder. Kelompok 9 yang perempuan terkumpul dalam satu angkutan kota dan memulai perjalanan sekitar pukul 05.30, bersama asisten praktikum kami Kak Claudia.
Pengalaman tersendiri yang dirasakan oleh kelompok 9 selama keberangkatan menuju lokasi begitu menyenangkan. Kita menemukan pemandangan yang cukup banyak, mulai dari jejeran desa-desa, sawah, pegunungan serta sungai-sungai. Terutama setelah memasuki area pegunungan, jalan-jalan yang dilewati semakin lama semakin menanjak meski tak terasa. Namun, di pertengahan jalan angkutan yang kami tumpangi tidak kuasa melawan tanjakan tertinggi dari semua tanjakan yang kami lewati sebelumnya. Alhasil lima orang dari kami terpaksa harus turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan. Selanjutnya perjalanan di area gunung kembalu di mulai.
Ketika memasuki kawasan gunung bundar, mulai dari pintu gerbang kami melihat pemandangan yang tidak kalah indah, berjejeran pohon pinus tersusun di sana. Sesampainya di lokasi, ternyata satu tim RAE turun di tempat yang salah. Rekreasi tetap dilanjutkan dengan mencari lokasi asli dengan berjalan kaki. Pengamatan pun dimulai.
Kelompok 9 bergabung dengan kelompok 2 karena pengamatannya hampir sama. Kelompok kami mendapatkan tugas untuk mengamati dampak yang terjadi padaair,tanah, dan udara terhadap kegiatan ekowisata di kawasan tersebut.
Berikut hasil penelitian kami :
            Penduduk sekitar bercerit, pada awalnya gunung bundar sebelum menjadi tempat wisata. Gunung bundar merupakan kawasan yang sangat sepi. Sehingga, menjaadi tempat yang rawan perampokan dan kejahatan pada tahun 1982. Namun, semenjak menjadi tempat bumi perkemahan yang diresmikan oleh Kementrian Kehutanan. Masyarkat setempat juga mengatakan bahwasannya gunung bundar adalah sebuah tempat yang angker. Mungkin, tidak itu dulu tidak untuk sekarang. Sekarang gunung bunder menjadi kawasan wisata yang ramai, serta menjadi tempat perkemahan pula. Namun, saat menjadi kawasan wisata, ada beberapa dampak yang dimunculkan sesuai dengan pengamatan kami berikut :
A.    Air
Kawasan Gunung Bunder yang kami amati dialiri oleh sungai yang alirannya tenang. Berdasarkan  wawancara dengan pedagang di sekitar kawasan tersebut, mereka menyatakan bahwa keadaan sungai dahulu dengan sekarang sudah berbeda. Adanya kontaminasi sampah-sampah plastik sisa jajanan yang tersangkut di bantaran sungai. Jika dibiarkan berlarut-larut dikhawatirkan akan menyumbat aliran sungai dan lama kelamaan akan mengakibatkan kerusakan alam di sekitar gunung bunder. Himbauan yang dilakukan warga sekitar masih berupa tulisan-tulisan di papan-papan triplek yang di tancapkan di pinggir jalan.
Gambar A.1. Air yang bersih yang tidak tercemari oleh sampah.
Gambar A.2. Sampah Anorganik yang dibuang di pinggir aliran air bersih.




Gambar A.3. Sampah organik yang dibuang di aliran air bersih.

Gambar A.4. Tempat buang air yang dibuat di atas aliran sungai.




Gambar A.5. Papan yang bertulis jangan membuang sampah sembarangan.


B.     Tanah
Berdasarkan pengamatan kelompok 9 mengenai struktur tanah di daerah kawasan Gunung Bunder tekstur tanahnya bagus, karena masih banyak pohoh berkayu besar yang akarnya dapat mengikat kuat tanah tersebut. Hal ini dapat memperkecil kemungkinan longsor di daerah tersebut. Sebagian tanah juga ada yang basah, karena sebagian tempat di sana pohon-pohonnya masih sangat rapat, sehingga penguapan atau proses evapotransirasi yang terjadi lambat. Inilah yang menyebabkan di beberapa kawasan ada tanah yang basah. Dampak pada tanah yang dikhawatirkan tidak berbeda jauh dengan dampak pada air, yaitu mengenai sampah. Di beberapa titik telah dibuat kubangan yang digunakan sebagai tempat sampah. Bungkus permen, rokok, dan sampah plastik lainnya. Dampak berkelanjutan dengan adanya sampah-sampah ini jika dibiarkan akan merusak tekstur tanah dan mengurangi kesuburannya. Selain itu akan menyebabkan kurangnya peresapan tanah yang akan mengakibatkan bencana alam seperti banjir dan longsor.
Di salah satu bukit yang kami lewati ada tanah lapang yang cukup luas terdapat hamparan dedaunan di atas tanah. Berkurangnya curah hujan akhir-akhir ini mneyebabkan dedaunan tersebut mengering. Berdasarkan observasi dan informasi yang diberikan asisten praktikum kami jika ada yang membuang puting rokok tanpa sengaja ke arah itu akan menyebabkan kebakaran, karena tempat tersebut cukup terbuka untuk diterpa sinar matahari secara langsung, sehingga akan ada kemungkinan kebakaran hutan karena dedauanan kering tersebut.

Gambar B.1. Tanah basah

Gambar B.2. Tampak permukaan tanah yang tidak erosi.
Gambar B.3. Lobang-lobang tanah yang sengaja dibuat.





Gambar B.4. Sampah-sampah yang dibuang sembarang di dalam kawasan wisata.





Gambar B.5. Tumpukan daun kering yang terpapar sinar matahari.



Gambar B.6. Pembakaran sampah ditempat yang tidak sesuai membahayakan flora yang tumbuh disekitarnya.
C.                Udara
Pengamatan tentang dampak udara cukup sulit untuk didapatkan. Berhubung daerah yang kami lewati adalah kawasan yang tidak bisa dilewati kendaraan jadi daerahnya masih asri. Begitu tiba terasa sangat dingin, kira-kira suhu rata-rata kurang lebih 23 derajat celcius.  Adanya lumut di daerah gunung Bundar tersebut merupakan salah satu contoh sebagai bioindikator bahwa udara di sekitar daerah tersebut masih bersih. Berbeda di daerah bukit, saat kami melewati kawasan jalan beraspal yang dapat dilewati kendaraan bermotor udaranya sudah terkontaminasi oleh polusi. Banyaknya kendaraan yang melintas mulai dari motor pedagang, motor dan mobil orang yang berwisata, sampai mobil TNI yang disewa instansi untuk fieldtrip di kawasan tersebut, menyebabkan asap kendaraan mengepul di udara. Saat ini polusi tersebut masih dapat diserap oleh pepohonan di tepi jalan. Namun,dikhawatirkan suatu saat nanti jika dibiarkan demikian akan merusak udara bersih yang dimiliki kawasan tersebut.
Gambar C.1. Lumur yang berada dibatang pohon.




Gambar C.2. Lumut di atas batu yang berada dipermukaan tanah.

Gambar C.3. Hutan pinus yang begitu asri.
Harapan kedepannya dari beberapa dampak terhadap air, tanah dan udara ini harus di minimalisir agar tidak merusak pesona kawasan wisata gunung bundar. Terkhusus untuk sampah yang dibuang di dalam hutan kawasan wisata dan di aliran-aliran air bersih lebih diperhatikan lagi. Sediakan pula tempat-tempat sampah di beberapa tempat agar para pengunjung tidak membuang sampah di daerah kawasan. Peringatkan pula pada pedangan setempat agar tidak membakar sampah sembarangan, karena akan mengancam kehidupan flora di sekitarnya. Usahakan pula, agar udara di sepanjang kawasan wisata agar tetap bersih, segar, dan asri. Sehingga, pengunjung merasakan kepuaasan tersendiri. Selanjutnya, jangan perbolehkan pengunjung membawa masuk kendaraan roda empat atau roda dua kedalam kecuali untuk mengangkut barang-barang berkemah, karena hal tersebut akan mengcemari udara yang ada di kawasan wisata. Sediakanlah selter sepeda untuk pungunjung, apabila mereka tidak ingin berjalan kaki.